Beranda | Artikel
Tafsir Al-Quran Surat Luqman Bagian 1
Rabu, 15 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.

Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman Bagian 1 merupakan bagian dari kajian Tafsir Al-Qur’an yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Abu ‘Abdil Muhsin Firanda Andirja, M.A. pada Rabu, 24 Dzulqa’dah 1441 H / 15 Juli 2020 M.

Kajian Tentang Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman Bagian 1

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan berusaha mengambil faedah-faedah dari surat Luqman yang syarat dengan faedah-faedah yang penting dalam kehidupan kita. Surat ini diturunkan di Mekah, oleh karenanya dia adalah surat Makkiyah.

Sebagian ulama mengatakan sebab nuzulnya adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang siapa Luqman, akan tetapi tidak ada riwayat yang shahih yang menunjukkan akan hal ini, cuma disebut oleh para ahli tafsir. Namun para ulama sepakat bahwasannya surat Luqman turun di Mekah, jadi dia adalah surat Makkiyah. Hanya ada beberapa ayat yang diperselisihkan oleh para ulama yang sebagian ulama mengatakan bahwa ayat-ayat tersebut adalah ayat-ayat Madaniyah, yaitu turun setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhijrah ke Kota Madinah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman diawal-awal surat:

الم ﴿١﴾

Ini sudah sering kita bahas, ini adalah huruf muqathaah, yaitu huruf yang terputus-putus sehingga tidak dibaca “Alam”, tapi dibaca “Alif Laam Miim” sehingga tidak perlu ditafsirkan karena huruf-huruf tersebut bukan menyusun suatu kata, tapi dibaca perhuruf. Lain halnya kalau dibaca dalam bentuk kata. Kalau dibaca dalam bentuk kata, mungkin kita bisa menafsirkan.

Hikmahnya yaitu menunjukkan mukjizat Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an turun dengan bahasa Arab, bahkan dengan huruf hija’iyah di antaranya الم, namun orang Arab tidak bisa mendatangkan seperti Al-Qur’an.

Pada ayat selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ ﴿٢﴾

تِلْكَ” adalah kata tunjuk yang juah yang menunjukkan akan tingginya kedudukan Al-Qur’an. “تِلْكَ” ini isyarat kepada ayat-ayat berikutnya dalam surat Luqman.

الْحَكِيمِ” maka ada dua pendapat dikalangan para ulama. Ada yang berkata maknanya adalah “yang memiliki hikmah”, kaitannya dengan pembahasan tentang surat Luqman adalah yang dikenal dengan Luqmanul Hakim. Makna yang kedua adalah -pendapat ini yang dipilih oleh Syaikh Sa’di Rahimahullahu Ta’ala- bahwasannya Al-Qur’an itu kokoh (sempurna) dari segi lafal, maknanya yang dalam, tidak ada kebatilan sama sekali, tidak ada kontradiksi (pertentangan), kandungannya banyak pelajaran, ada aqidah, hukum-hukum, adab, kisah-kisah dan lain-lain.

هُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ ﴿٣﴾

هُدًى وَرَحْمَةً adalah sebagai petunjuk dan rahmat. Artinya barangsiapa yang memperhatikan ayat-ayat ini, maka dia akan mendapatkan petunjuk dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia dan di akhirat kelak dengan masuk surga.

Tapi siapa yang bisa mengambil Al-Qur’an surat Luqman ini sebagai petunjuk dan rahmat? Yaitu:

ٱلْمُحْسِنِين

ٱلْمُحْسِنِين maksudnya yaitu yang telah mencapai derajat ihsan. “Ihsan” sudah sering kita bahas dalam masalah iman. Yaitu:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Yaitu ketika kau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat Allah, melihat keagungan Allah, seakan-akan keagungan Allah hadir di hadapanmu. Dan tentunya kau tidak bisa melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihat engkau.”

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan

Dia beribadah kepada Allah dalam penuh keyakinan bahwasannya Allah maha melihat dia. Dan ini dia lakukan dalam segala ibadahnya; dalam shalatnya, dalam dzikirnya, dalam bermuamalah dengan keluarganya, dia merasa Allah sedang mengawasi dia. Apa yang dia lakukan terhadap istrinya, terhadap anaknya, tatkala sedang bermuamalah terhadap bosnya, terhadap pegawainya, terhadap pembantunya, dia tahu Allah sedang mengawasi dia. Jika seseorang demikian, berarti dia telah mencapai derajat ihsan dan dia bisa menghadirkan ihsan dalam setiap kegiatannya.

Pendapat yang kedua maksud ihsan di sini adalah orang-orang yang melakukan amal-amal shalih. Oleh karenanya setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan siapa ٱلْمُحْسِنِين tersebut. Yaitu amal-amal pada ayat ke-4 yang merupakan contoh amal-amal yang besar.

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ ﴿٤﴾

(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat (ibadah badan), menunaikan zakat (ibadah harta) dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat (aqidah/keimanan).” (QS. Luqman[31]: 4)

Tentunya jika mereka perhatian dengan shalat, maka ibadah-ibadah badan yang lain mereka lebih perhatikan. Kalau mereka bayar zakat, insyaAllah ibadah-ibadah lain juga mereka perhataikan. Kalau mereka beriman dengan hari akhirat, maka dia akan beriman dengan yang lainnya tentang masalah-masalah keimanan. Ini Allah contohkan tentang siapa ٱلْمُحْسِنِين.

Lalu setelah itu Allah berfirman:

أُولَـٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥﴾

Mereka itulah orang-orang yang diatas petunjuk dari Rabb mereka dan mereka itulah (sekan-akan Allah membatasi hanya mereka, bukan yang lainnya) yang beruntung (mendapat rahmat Allah dengan masuk surga)” (QS. Luqman[31]: 5)

Pada ayat ke-6, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولَـٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ ﴿٦﴾ وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّىٰ مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ﴿٧﴾

Diantara manusia ada yang mempergunakan perkataan sia-sia untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka berilah kabar gembira dia dengan adzab yang pedih.” (QS. Luqman[31]: 6-7)

Yang kita bahas pertama adalah apa yang dimaksud لَهْوَ الْحَدِيثِ. Secara umum ada dua pendapat. Yang pertama yaitu bersifat umum, yaitu mencakup semua perkataan yang memalingkan dari jalan Allah. Yang kedua, sebagian ulama menafsirkan dengan perkataan tertentu. Apa perkataan tertentu tersebut? Yaitu datang dalam riwayat-riwayat, yaitu:

Pertama, ditafsirkan sebagai nyanyian. Ini adalah pendapat mayoritas salaf, diantaranya adalah Ibnu Mas’ud, bahkan beliau bersumpah: “Demi Allah, demi Allah, demi Allah, yang dimaksud perkataan sia-sia adalah nyanyian.” Kemudian diantaranya adalah Ibnu Abbas. Dan kalau dua ahli tafsir sahabat, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas, maka kita dapati Mujahid bin Jabir, Ikrimah, Atha’ Al-Khurasani, murid-murid mereka, Ibrahim An-Nakhai (muridnya Ibnu Mas’ud), Hasal Al-Bashri, dan ini adalah perkataan hampir seluruh salaf.

Kedua, sebagian salaf menafsirkan “perkataan sia-sia yang memalingkan orang dari jalan Allah” adalah kesyirikan.

Ketiga, disebutkan maknanya adalah perbuatan An-Nadhr bin Harits yang merupakan salah seorang tokoh Quraisy yang dia membeli buku-buku tentang cerita-cerita orang-orang non Arab; seperti cerita tentang Ramawi, tentang kaisar-kaisar, tentang raja-raja Persia. Dia membeli cerita-cerita itu dengan harga yang mahal kemudian dia bawa ke Mekah dengan tujuan kalau ada orang yang mau mendengar ceramah Nabi, maka dia akan mengatakan: “Itu Muhammad mau cerita apa? Paling kaum Tsamud dan kaum ‘Ad, sini dengarkan cerita saya banyak, cerita saya ada tentang kaisar ini, tentang raja-raja Persia, raja-raja Ramawi dan lainnya.” Sehingga dia membeli buku-buku ini untuk memalingkan dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Keempat, perbuatan sebagian orang musyrik yang dia membeli budak-budak wanita yang pekerjaan dia sebagai penyanyi. Sehingga ketika ada orang yang ingin mendengarkan Al-Qur’an, dia panggil untuk diajak mendengarkan biduan wanita itu.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian tafsir yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian Tentang Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman Bagian 1


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48733-tafsir-al-quran-surat-luqman-bagian-1/